PERUBAHAN
SISTEM MUSKULOSKELETAL / DIASTASIS RECTUS ABDOMINKUS
sistem
muskuloskeletel pada masa nifas
Adaptasi sistem muskuloskeletal
ibu yang terjadi selama masa hamil berlangsung secara terbalik padsa masa
pascapartum. Adaptasi ini mencakup hal-hal yang membantu relaksasi dan
hipermobilitas sendi dan perubahan pusat gravitasi ibu akibat pembesaran rahim.
Stabilisasi sendi lengkap pada minggu ke-6 sampai minggu ke-8 setelah wanita
melahirkan. Akan tetapi, walaupun semua sendi lain kembali normal sebelum
hamil, kaki wanita tidak mengalami perubahan setelah melahirkan.
a. Dinding perut dan peritoneum
Setelah persalinan, dinding perut
longgar karena diregang begitu lama, tetapi biasanya pulih kembali dalam 6
minggu. Kadang-kadang pada wanita yang asthenis terjadi diastasis dari
otot-otot rectus abdominis sehingga sebagian dari dinding perut di garis tengah
hanya terdiri dari peritoneum, fascia tipis dan kulit. Tempat yang lemah ini
menonjol kalau berdiri atau mengejan.
b. Kulit abdomen
Kulit abdomen yang melebar selama
masa kehamilan tampak melonggar dan mengendur sampai berminggu-minggu atau
bahkan berbulan-bulan yang dinamakan strie. Melalui latihan postnatal,
otot-otot dari dinding abdomen seharusnya dapat normal kembali dalam beberapa
minggu.
c. Striae
Striae pada dinding abdomen tidak
dapat menghilang sempurna melainkan membentuk garis lurus yang samar. Ibu
postpartum memiliki tingkat diastasis sehingga terjadi pemisahan muskulus
rektus abdominishal tersebut dapat dilihat dari pengkajian keadaan umum, aktivitas,
paritas, jarak kehamilan yang dapat menentukan berapa lama tonus otot kembali
normal.
d. Perubahan Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma
pelvis serta fasia yang meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin
lahir, berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang
ligamentum rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan letak uterus menjadi
retroflexi. Tidak jarang pula wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah
melahirkan oleh karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia
menjadi agak kendor.
e.simpisis pubis
Meskipun relatif jarang, tetapi
simpisis pubis yang terpisah ini merupakan penyebab utama morbiditas maternal
dan kadang-kadang penyebab ketidakmampuan jangka panjang. Hal ini biasanya
ditandai oleh nyeri tekan signifikan pada pubis disertai peningkatan nyeri saat
bergerak ditempat tidur atau saat berjalan. Pemisahan simpisis dapat dipalpasi.
Sering kali klien tidak mampu berjalan tanpa bantuan. Sementara pada kebanyakan
wanita gejala menghilang setelah beberapa minggu atau bulan, pada beberapa
wanita lain gejala dapat menetap sehingga diperlukan kursi roda.
Masa nifas ( puerpurium ) adalah masa pulih kembali, mulai dari persalinan
selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil. Lama masa nifas
ini yaitu 6 – 8 minggu. Akan tetapi, seluruh alat genital baru pulih kembali
seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
Beberapa gejala perubahan sistem muskuluskeletal yang timbul :
1.
Nyeri pinggang bawah
2.
Sakit kepala dan nyeri leher
3.
Nyeri pelvis posterior
4.
Disfungsi simpisis pubis
5.
Diastasis rekti
6.
Osteoporosis akibat kehamilan
7.
Disfungsi rongga panggul
ü Nyeri
pinggang bawah
Gejala pasca
partum jangka panjang yang sering terjadi di sebabkan adanya ketegangan
postural pada sistem muskuluskeletalakibat posisi pada saat persalinan.
ü Sakit kepala
dan nyeri leher
Pada minggu
pertama bulan ke 3 paska melahirkan, sakit kepala dan migran dapat terjadi,
gejala ini dapat mempengaruhi aktifitas dan ketidaknyamanan ibu post partum.
Hal ini terjadi akibat pemberian anastesi umum.
ü Nyeri pelvis
posterior
Ditujukan
untuk nyeri punggung bawah dari disfusi
area sendi sakroiliaka, pada bagian otot
penumpu berat badan, serta timbul pada saat membaringkan tubuh, nyeri dapat
melebar
Penanganan :
pemakaian ikat sakroiliaka penyokong, engatur posisi nyaman saat istirahat
dan bekerja.
ü Osteoporosis
timbul pasca natal
Gejalai ni
di tandai dengan nyeri fraktur tulang belakang dan panggul serta adanya hendaya
( tidak dapat berjalan, ketidak mampuan mengangkat atau menyusui bayi pasca natal.
ü Disfungsi
rongga panggul
Meliputi :
·
Inkontinensia uri ( keluhan rembesan air kencing yang
tidak di sadari)
· Inkontinensia alvi ( tidak bisa mengandalikan feses
yang keluar akibat gangguan pada
muskulus spingter ani)
·
Prolaps uterus
( penurunan uterus )
Perubahan Sistem Endokrin
1. Hormon
plasenta
Selama periode pasca partum terjadi perubahan hormon yang besar.
pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormon-hormon yang
diproduksi oleh plasenta. Hormon plasenta menurun dengan cepat setelah
persalinan.
Penurunan hormon Human Placental Lactogen (HPL), estrogen dan
progesterone serta plasental enzyme insulinase membalik efek diabetogenik
kehamilan, sehingga kadar gula darah menurun secara bermakna pada nifas. Ibu
diabetik biasanya membutuhkan insulin dalam jumlah yang jauh lebih kecil selama
beberapa hari. Karena perubahan hormonal normal ini membuat masa nifas menjadi
suatu periode transisi untuk metabolisme karbohidrat, interpretasi tes
toleransi glukosa lebih sulit pada saat ini.
Human Chorionic Gonadotropin (HCG) menurun dengan cepat dan menetap sampai
10% dalam 3 jam hingga hari ke-7 postpartum dan sebagai onset pemenuhan mamae
pada hari ke-3 postpartum.
2. Hormon
Pituitary
Prolaktin darah meningkat dengan cepat, pada wanita tidak menyusui menurun
dalam waktu 2 minggu. FSH dan LH meningkat pada fase konsentrasi folikuler pada
minggu ke-3, dan LH tetap rendah hingga ovulasi terjadi.
3. Hormon
Oksitosin
Oksitosin dikeluarkan dari
kelenjar bawah otak bagian belakang (posterior), bekerja terhadap otot uterus
dan jaringan payudara. Selama tahap ketiga persalinan, oksitosin menyebabkan
pemisahan plasenta. Kemudian seterusnya bertindak atas otot yang menahan
kontraksi, mengurangi tempat plasenta dan mencegah pendarahan. Pada wanita yang
memilih menyusui bayinya, isapan sang bayi merangsang keluarnya oksitosin lagi
dan ini membantu uterus kembali ke bentuk normal dan pengeluaran air susu.
4.
Hipotalamik Pituitary Ovarium
Untuk wanita yang menyusui dan tidak menyusui akan mempengaruhi lamanya ia
mendapatkan menstruasi. Seringkali menstruasi pertama itu bersifat anovulasi
yang dikarenakan rendahnya kadar estrogen dan progestron. Di antara wanita
laktasi sekitar 15% memperoleh menstruasi selama 6 minggu dan 45% setelah 12
minggu. Di antara wanita yang tidak laktasi 40% menstruasi setelah 6 minggu,
65% setelah 12 minggu dan 90% setelah 24 minggu. Untuk wanita laktasi 80%
menstruasi pertama anovulasi dan untuk wanita yang tidak laktasi 50% siklus
pertama an ovulasi.
Perubahan Tanda-Tanda Vital
1. Suhu badan
24 jam post partum suhu tubuh akan naik sedikit (37,50C- 380C)
sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan,
apabila keadaan normal suhu badan akan biasa lagi. Pada hari ketiga suhu badan
akan naik lagi karena ada pembentukan ASI, buh dada menjadi bengkak, berwarna
merah karena banyaknya ASI bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi
pada endometrium, mastitis, traktus urogenitalis atau system lain. Kita anggap
nifas terganggu kalau ada denam lebih dari 380C pada 2 hari
berturut-turut pada 10 hari yang pertama post partum, kecuali hari pertama dan
suhu harus di ambil sekurang-kurangannya 4x sehari.
2. Nadi
Denyut nadi normal pada orang
dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi itu akan
lebih cepat. Setiap denyut nadi yang melebihi 100 adalah abnormal da hal ini
mungkin disebabkan oleh infeksi atau perdarahan postpartum yang tertunda.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi nifas(puerperal braycardia). Hal ini terjadi segera setelah kelahiran dan biasa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak per menit. Sudah banyak alas an-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan penyebab, terapi belum satupun yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
Sebagian wanita mungkin saja memiliki apa yang disebut bradikardi nifas(puerperal braycardia). Hal ini terjadi segera setelah kelahiran dan biasa berlanjut sampai beberapa jam setelah kelahiran anak. Wanita semacam ini bisa memiliki angka denyut jantung serendah 40-50 detak per menit. Sudah banyak alas an-alasan yang diberikan sebagai kemungkinan penyebab, terapi belum satupun yang sudah terbukti. Bradycardia semacam itu bukanlah satu alamat atau indikasi adanya penyakit, akan tetapi sebagai satu tanda keadaan kesehatan.
3. Tekanan Darah
Biasanya tidak berubah, kemungkinan tekanan darah akan rendah setelah ibu
melahirkan karena ada perdarahan. Tekanan darah tinggi pada postpartum dapat
menandakan terjadinya preeklamsi postpartum.
4. Pernafasan
Keadaan pernafasan selalu
berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Apabila suhu dan denyut nadi tidak
normal pernafasan juga akan menikutinya kecuali ada gangguan khusus pada
saluran pernafasan.
Perubahan
Sistem Kardiovaskuler
Pada persalinan pervaginam kehilangan darah sekitar 300-400 cc. bila
kelahiran melalui section caesaria kehilangan darah dapat dapat dua kali lipat.
Perubahan terdiri dari volume darah dan hemokonsentrasi akan naik dan pada
section caesaria haemoknentrasi cenderung stabil dan kembali normal setelah 4-6
minggu.
Setelah melahirkan shunt akan hilang dengan tiba-tiba. Volume darah ibu relative akan bertambah. Keaadaan ini akan menimbulakan
beban pada jantung dan dapat menimbulkan dekompensi kodis pada penderita vitium
cordia. Untuk keadaan ini dapat diatasi dengan mekanisme kompensi dengan
timbulnya haemokonsentrasi sehingga volume darah kembali seperti sediakala. Umumnya hal
ini terjadi pada hari ke tiga sampai lima hari post partum.
Perubahan Sistem Hematologi
Selama minggu-minggu terakhir kehamilan, kadar fibrinogen dan plasama serta
faktor-faktor pembentukan darah meningkat . pada hari pertama postpartum, kadar
fibrionogen dan plasma akan sedikit menurun tetapi darah lebih mengental dengan
peningkatan viskositas sehingga meningkatkan faktor pembekuan darah.
Leukositosis yang meningkat dimana jumlah sel darah putih dapat mencapai 15000
selama persalinan akan tetap tinggi dalam beberapa hari pertama dari masa
postpartum. Jumlah sel darah putih tersebut masih bisa naik lagi sampai 25000
atau 3000 tanpa adanya kondisi patologis jika wanita tersebut mengalami
persalinan lama. Jumlah hemoglobine, hematokrit dan erytrosyt akan sangat
bervarisai pada awal-awal masa postpartum sebagai akibat dari volume darah,
volume plasenta dan tingkat volume darah yang beruibah-ubah. Semua tingkatan
ini akan dipengaruhi oleh status gizi dan hidrasi wanita tersebut. Kira-kira
selama kelahiran dan masa post partum terjadi kehilangan darah sekitar 200 -
500 ml. Penurunan volume dan peningkatan sel darah pada kehamilan diasosiasikan
dengan peningkatan hematokrit dan hemoglobine pada hari ke 3-7 postpartum dan akan
kembali normal dalam 4 – 5 minggu postpartum.
·
Ambarwati, 2008. Asuhan Kebidanan Nifas.
Mitra Cendikia : Yogyakarta
·
Anisah, N, Dkk. 2009. Perubahan
Fisiologis Masa Nifas. Akbid Mamba’ul Ulum
Surakarta
·
Kuliah Bidan. Wordpress.
Com/2008/09/19/Perubahan Dalam Masa Nifas/ di unduh 6 februari 2010. 02.25 pm
·
Saleha , 2009. Asuhan Kebidanan Pada
Masa Nifas. Salemba Medica: Jakarta
·
Zietraelmart.
Multiply.com/jurnal/item/22/Perubahan Fisiologis Masa Nifas di Unduh 6 Februari
2012.23.35 pm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar